Masyarakat Tiongkok pedalaman percaya bahwa hidup seseorang bisa dikatakan sempurna jika terlahir untuk menerima kehidupan.
Kemudian menikah dan menikmati kehidupan serta mati sebagai simbol dari akhir kehidupan.
Apabila seseorang meninggal di usia muda tapi belum menikah, maka hidupnya dianggap tidak sempurna.
Hal itu dipercaya bisa mendatangkan nasib buruk kepada keluarga yang ditinggalkan.
Konon jiwanya akan dipenuhi kebencian dan masih bisa berkeliaran sambil mengganggu orang-orang di sekitarnya.
Selain itu, ia juga tidak diakui sebagai anggota keluarga karena tidak bisa dikuburkan atau ditempatkan bersama di altar leluhurnya.
Tadisi ini dipraktekkan di Cina dan berasal dari kebiasaan orang-orang di zaman dulu yang tak ingin anggota keluarganya meninggal tanpa melalui pernikahan terlebih dahulu.
BACA JUGA: Berapa Harga iPhone 16 di Indonesia?
Praktek pernikahan hantu yang sudah berumur 3000 tahun ini mulai ditinggalkan dan dikecam.
Pasalnya untuk calon pengantin yang masih hidup biasanya akan diculik atau dihabisi nyawanya demi terlaksananya pernikahan hantu tersebut.
Meskipun tak jarang pula yang dilakukan dengan meminta izin kepada keluarga mayat untuk menikahkan ruh orang itu dengan memberikan mahar layaknya pernikahan tradisional biasa.
Akan tetapi hal itu diberikan dalam bentuk kertas dengan mempertimbangkan faktor usia dan latar belakang keluarga.
Tradisi ini masih dilakukan di beberapa wilayah seperti Shanxi, Shandong, Jiangxi, Hebei, Henan, Guandong dan wilayah lainnya. (*)