Tekanan dari berbagai pihak akhirnya membuat rumah produksi mempertimbangkan ulang judul film tersebut.
BACA JUGA: Rumor Spesifikasi Samsung Galaxy A26
Penggantian Judul Menjadi Pembantaian Dukun Santet
Menyikapi tekanan tersebut, rumah produksi Pichouse Films akhirnya mengganti judul film menjadi Pembantaian Dukun Santet.
Judul baru ini dianggap lebih netral karena tidak lagi menyebutkan nama daerah secara langsung, namun tetap menggambarkan isi cerita yang berangkat dari peristiwa nyata.
Meski begitu, sebagian pihak menilai bahwa judul tersebut masih berpotensi menimbulkan perdebatan, karena tetap berkaitan dengan kekerasan dan praktik-praktik supranatural yang sensitif.
Pihak produksi pun menegaskan bahwa film ini dibuat untuk tujuan edukasi sejarah dan agar generasi muda tidak melupakan tragedi kelam tersebut.
Pentingnya Sensitivitas dalam Mengangkat Sejarah
Kontroversi ini menjadi pelajaran penting bagi industri perfilman Indonesia dalam mengangkat kisah-kisah sejarah yang sarat luka dan trauma.
Penggunaan nama daerah, simbol budaya, dan peristiwa tragis harus dilakukan dengan riset dan pertimbangan etis yang matang.
Film bisa menjadi sarana refleksi dan pembelajaran, tetapi juga bisa menimbulkan luka baru jika tidak disajikan dengan tepat.
Kasus Pembantaian Dukun Santet menunjukkan bahwa sineas perlu menjalin komunikasi dengan masyarakat dan pemangku kepentingan setempat sebelum mengangkat isu sensitif.
Dengan begitu, karya yang dihasilkan bisa menjadi pengingat sejarah tanpa melukai perasaan banyak pihak.
Kontroversi penggantian judul film Pembantaian Dukun Santet mencerminkan tantangan besar dalam mengangkat kisah nyata yang menyakitkan ke layar lebar.
BACA JUGA: Karakter-Karakter di Film Angkara Murka
Perubahan dari Lemah Santet Banyuwangi menjadi judul baru adalah hasil dari protes masyarakat yang ingin menjaga kehormatan dan identitas daerah mereka.
Ini menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia semakin sadar akan pentingnya representasi yang adil dan etis dalam media.